SPIRITUAL
FORMATION
Ketika seseorang menjadi Kristen, Allah memberikan jenis kehidupan yang
baru didalam diri orang tersebut. Kehidupan yang baru didalam Kristus sama seperti kehidupan yang baru dialami
oleh manusia secara jasmani, yaitu mengalami proses pertumbuhan. Ketika orang
percaya lahir baru, mereka seperti bayi rohani yang butuh susu untuk bertumbuh.
Mereka perlu pembinaan, bimbingan dan arahan untuk bertumbuh secara baik dan
benar, tetapi yang jadi kendala dan permasalahannya, mereka tidak tahu
bagaimana caranya untuk bertumbuh.
Spiritual formation
adalah bagian integral dalam proses pendidikan teologi. Dipusat pembentukan
berbagai kualifikasi dan keterampilan akademis dari ilmu teologi, terdapat
pembentukan sikap teologis dalam cakupan arti yang komprehansif dan utuh.
Pendidikan teologi adalah pembentukan teologis diri teolog yang adalah pelayan
Tuhan, didalam konteks kehidupan Gereja Tuhan, ditengah masyarakat zamanya,
dalam pengajaran Roh Kristus dan didalam antisipasi terhadap panggilan
pengabdiannya dimasa depan.
Sebagian orang Kristen memiliki masalah yang lebih mendasar. Mereka
bertanya-tanya bagaimana mereka dapat mengetahui bahwa pengalaman-pengalaman
rohani mereka murni.
Memang kerohanian sejati sering memiliki manifestasi-manifestasi jasmani,
tetapi kehadiran manifestasi-manifestasi jasmani tidak menjamin bahwa
pengalaman rohani tersebut berasal dari Allah.
Alkitab menunjukkan bahwa anugerah keselamatan memang menjadikan
seseorang suka dengan kegiatan-kegiatan religius, tetapi Alkitab juga
menunjukkan bahwa kesukaan terhadap kegiatan religius bukan tanda yang
meyakinkan dari keberadaan anugerah. Sebagai contoh: Orang Yahudi pada zaman
Yesaya membawa persembahan bagi Allah, mengadakan persekutuan-persekutuan
khusus pada hari-hari kudus dan menengadahkan tangan mereka dalam banyak doa,
tetapi Allah berkata bahwa kerohanian mereka tidak bermanfaat bagi mereka (Yes 1:15). Realita kehidupan berasrama
yang penulis alami dan juga amati dari beberapa teman-teman maupun adik-adik tingkat
yang penulis bimbing memberikan
penyataan yang sama, keseringan “tinggal didalam hadirat Allah” membuat banyak
orang terjebak pada suatu kondisi yang dinamakan rutinitas. Hal ini membuat
kehidupan spiritualitas berhenti bahkan cenderung menurun.
Seiring berjalannya waktu, hubungan orang percaya dengan Tuhan juga terkadang semakin memudar,
ini juga yang penulis amati menjadi masalah utama dari beberapa mahasiswa
Teologia. Dampak itu semakin buruk ditambah dengan tugas kuliah yang begitu
padat sehingga menghabiskan seluruh waktu dan energi mahasiswa, sehingga mereka
terkonsentrasi pada masalah perkuliahan dibandingkan dengan kehidupan
spiritualitas pribadi. M. Basilea Schlink memaparkan hal ini dengan baik sekali
“Saya mulai melihat bahwa
hubungan saya dengan Tuhan Yesus Kristus dari tahun ketahun terkikis, ibarat
sebuah perkawinan yang mulai menjemukan. Apa yang saya lakukan manakala saya
melihat ada waktu luang pada suatu hari Minggu atau hari libur? Saya tidak
sabar untuk berkumpul bersama orang-orang lain – orang-orang yang saya sukai,
orang-orang yang mempunyai kesamaan – sehingga kami dapat berbagi gagasan
maupun pengalaman. Atau, saya membaca sebuah buku yang seru. Atau saya pergi
menikmati alam. Bahkan, saya membenamkan diri untuk melakukan hal-hal yang
untuk mengerjakannya membutuhkan waktu yang lama. Tetapi, untuk datang kepada
Yesus – untuk memberi-Nya pengakuan saya yang pertama pada waktu luang saya,
itu tidak lagi saya lakukan”.
Sementara itu, kerohanian yang yang dituntut Allah bukanlah sejenis
kerohanian yang terdiri dari kehendak yang lemah, mandul dan pasif, yang
membawa kita hanya sedikit melampaui batas apatis total. Tetapi kerohanian yang dituntut Allah adalah kerohanian yang terus bertumbuh
dan melahirkan buah dalam hidup dan dalam pelayanan yang dilakukan. Kerohanian
yang dituntut Allah adalah kerohanian yang menuju kepada kesempurnaan, seperti
yang dikatakan oleh Jordan Aumann “Teologi rohani adalah bagian dari teologi
yang, karena berasal dari kebenaran-kebenaran penyataan ilahi dan pengalaman
keagamaan masing-masing pribadi, membentuk arah bagi pertumbuhan dan
perkembangannya, dan menjelaskan tentang proses kemajuan jiwa-jiwa dari awal
kehidupan rohani sampai pada kesempurnaan yang utuh".
PENGERTIAN UMUM SPIRITUALITAS
Kata “spiritualitas berasal dari
bahasa Latin spiritus yang mempunyai
banyak arti, antara lain”roh, jiwa, sukma, hati, sikap, perasaan, kesadaran
diri, kebesaran hati, keberanian…” Arti umumnya untuk menyatakan sesuatu yang
berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan (rohani, batin).
Dalam antropologi budaya, kata
spiritual dipakai untuk menyebut sesuatu yang berlawanan dengan material. Ada pula yang memberikan
pengertian kata spiritual sebagai kegiatan dan kepercayaan yang dikaitkan
dengan sesuatu yang berada diluat jangkauan manusia, yaitu bagian dunia yang
tersembunyi yang merupakan sumber ilmu pengetahuan, kekuatan dan
pengaruh-pengaruh lain yang sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Tissa
Balasuriya mengatakan spiritualitas adalah suatu istilah yang digunakan dalam
kitab-kitab agama tradisional untuk menunjuk pencarian bagi pemenuhan dan
kesempurnaan.
Agama Islam
memakai kata spiritualitas searti dengan kata keagamaan. Kata agama itu sendiri
menurut pendidikan agama Islam adalah “kepercayaan kepada Tuhan yang dinyatakan
dengan mengadakan hubungan dengan Dia melalui upacara, penyembahan dan
permohonan, dan membentuk sikap hidup manusia menurut atau berdasarkan ajaran
…
Dalam Budhisme kata spiritual digunakan untuk menyebut praktik-praktik agamamawi
yang membawa manusia kepada pelenyapan sengsara. Mengutip pernyataan Balasuriya, spiritualitas berarti “upaya pencarian bagi
penyucian pribadi, untuk pertumbuhan dalam kebajikan dan pembebasan dari dosa,
yang diilhami oleh keinginan untuk menyatu dengan Allah melalui perjuangan
untuk hidup demi nilai-nilai transcendental tertentu”
SPIRITUALITAS
KRISTEN
Spiritualitas Kristen adalah pengertian spiritualitas dipandang dari
sudut pandang Kristen. Victor L. Tanya menyatakan bahwa spiritualitas Kristen
adalah sikap hidup yang berbuahkan buah roh (Gal.5:22-23) dan ungkapan sikap
hidup yang selalu berkarya untuk menghidupkan orang lain serta membawakan
kebaikan bagi semua orang. Menurut Tissa Balasuriya, spiritualitas Kristen
yaitu spiritual yang bukan saja memperdulikan pelayanan social tetapi juga yang
memperjuangkan keadilan sosio-politik. Spiritulaitas bukan saja bersifat kultis
tetapi juga profetis. Spiritual memiliki pemahaman kesucian pribadi sebagi
respon atas nuraninya, kesucian itu sesuai dengan otoritaas Allah dan sebagai
pencarian kerajaan Allah.
Dari pendapat diatas, spiritualitas Kristen bukan
hanya suatu tatanan kehidupan rohani, tetapi transformasi kebenaran iman
Kristen kedalam kehidupan bersama dalam masyarakat. Spiritualitas Kristen
bersifat aplikasi iman yang membina dan mengembangkan pengetahuan iman Kristen
dan menjadikan seseorang memilki karakter yang sesuai dengan kehendak Allah
dalam firman-Nya untuk memuliakan Allah.
Spiritualitas Kristen adalah kerohanian yang dibangun dan dilaksanakan
berdasarkan iman Kristen, dan dilakukan demi nama Tuhan dan untuk kemuliaan
nama-Nya.
KEPUSTAKAAN
[1]
Muhamad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998),
[2]
F.X. Mudji Sutrisno, Budhisme Pengaruh
dalam Abad Modern (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1993)
[3]
Balasuriya, Teologi Siarah,
[4]
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 1991)
[5]
Tissa Balasuriya, Teologi Siarah
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997)
[6]
Octavius Winslow, Christian’s Inner Life (Surabaya: Momentum
Christian Literatur, 2000)
[7]
Gerald R. McDermott, Mengenali 12 Tanda
Kerohanian Sejati (Yogyakarta: Yayasan
ANDI, 2001)
[8] J.
Oswald Sanders, Akrab Dengan Allah (Jakarta: Metanoia, 2001)
[9]
Jonathan Edwards, Pengalaman Rohani
Sejati (Surabaya:
Momentum Christian Literature, 2003)
[10]
Simon Chan, Spiritual Theology – Bagian 1(Yogyakarta: Yayasan ANDI, 2002)
[11] Paul Hidayat, dkk, Bertumbuh Dalam Roh
(Cipanas: STT Cipanas, 1997)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar