Sabtu, 09 Mei 2015

SPIRITUAL FORMATION



SPIRITUAL FORMATION

Ketika seseorang menjadi Kristen, Allah memberikan jenis kehidupan yang baru didalam diri orang tersebut. Kehidupan yang baru didalam Kristus sama seperti kehidupan yang baru dialami oleh manusia secara jasmani, yaitu mengalami proses pertumbuhan. Ketika orang percaya lahir baru, mereka seperti bayi rohani yang butuh susu untuk bertumbuh. Mereka perlu pembinaan, bimbingan dan arahan untuk bertumbuh secara baik dan benar, tetapi yang jadi kendala dan permasalahannya, mereka tidak tahu bagaimana caranya untuk bertumbuh.


Spiritual formation adalah bagian integral dalam proses pendidikan teologi. Dipusat pembentukan berbagai kualifikasi dan keterampilan akademis dari ilmu teologi, terdapat pembentukan sikap teologis dalam cakupan arti yang komprehansif dan utuh. Pendidikan teologi adalah pembentukan teologis diri teolog yang adalah pelayan Tuhan, didalam konteks kehidupan Gereja Tuhan, ditengah masyarakat zamanya, dalam pengajaran Roh Kristus dan didalam antisipasi terhadap panggilan pengabdiannya dimasa depan.



Sebagian orang Kristen memiliki masalah yang lebih mendasar. Mereka bertanya-tanya bagaimana mereka dapat mengetahui bahwa pengalaman-pengalaman rohani mereka murni. Memang kerohanian sejati sering memiliki manifestasi-manifestasi jasmani, tetapi kehadiran manifestasi-manifestasi jasmani tidak menjamin bahwa pengalaman rohani tersebut berasal dari Allah.
Alkitab menunjukkan bahwa anugerah keselamatan memang menjadikan seseorang suka dengan kegiatan-kegiatan religius, tetapi Alkitab juga menunjukkan bahwa kesukaan terhadap kegiatan religius bukan tanda yang meyakinkan dari keberadaan anugerah. Sebagai contoh: Orang Yahudi pada zaman Yesaya membawa persembahan bagi Allah, mengadakan persekutuan-persekutuan khusus pada hari-hari kudus dan menengadahkan tangan mereka dalam banyak doa, tetapi Allah berkata bahwa kerohanian mereka tidak bermanfaat bagi mereka (Yes 1:15). Realita kehidupan berasrama yang penulis alami dan juga amati dari beberapa teman-teman maupun adik-adik tingkat yang  penulis bimbing memberikan penyataan yang sama, keseringan “tinggal didalam hadirat Allah” membuat banyak orang terjebak pada suatu kondisi yang dinamakan rutinitas. Hal ini membuat kehidupan spiritualitas berhenti bahkan cenderung menurun.

Seiring berjalannya waktu, hubungan orang percaya  dengan Tuhan juga terkadang semakin memudar, ini juga yang penulis amati menjadi masalah utama dari beberapa mahasiswa Teologia. Dampak itu semakin buruk ditambah dengan tugas kuliah yang begitu padat sehingga menghabiskan seluruh waktu dan energi mahasiswa, sehingga mereka terkonsentrasi pada masalah perkuliahan dibandingkan dengan kehidupan spiritualitas pribadi. M. Basilea Schlink memaparkan hal ini dengan baik sekali
“Saya mulai melihat bahwa hubungan saya dengan Tuhan Yesus Kristus dari tahun ketahun terkikis, ibarat sebuah perkawinan yang mulai menjemukan. Apa yang saya lakukan manakala saya melihat ada waktu luang pada suatu hari Minggu atau hari libur? Saya tidak sabar untuk berkumpul bersama orang-orang lain – orang-orang yang saya sukai, orang-orang yang mempunyai kesamaan – sehingga kami dapat berbagi gagasan maupun pengalaman. Atau, saya membaca sebuah buku yang seru. Atau saya pergi menikmati alam. Bahkan, saya membenamkan diri untuk melakukan hal-hal yang untuk mengerjakannya membutuhkan waktu yang lama. Tetapi, untuk datang kepada Yesus – untuk memberi-Nya pengakuan saya yang pertama pada waktu luang saya, itu tidak lagi saya lakukan”.

Sementara itu, kerohanian yang yang dituntut Allah bukanlah sejenis kerohanian yang terdiri dari kehendak yang lemah, mandul dan pasif, yang membawa kita hanya sedikit melampaui batas apatis total. Tetapi kerohanian yang dituntut Allah adalah kerohanian yang terus bertumbuh dan melahirkan buah dalam hidup dan dalam pelayanan yang dilakukan. Kerohanian yang dituntut Allah adalah kerohanian yang menuju kepada kesempurnaan, seperti yang dikatakan oleh Jordan Aumann “Teologi rohani adalah bagian dari teologi yang, karena berasal dari kebenaran-kebenaran penyataan ilahi dan pengalaman keagamaan masing-masing pribadi, membentuk arah bagi pertumbuhan dan perkembangannya, dan menjelaskan tentang proses kemajuan jiwa-jiwa dari awal kehidupan rohani sampai pada kesempurnaan yang utuh".

PENGERTIAN UMUM SPIRITUALITAS
            Kata “spiritualitas berasal dari bahasa Latin spiritus yang mempunyai banyak arti, antara lain”roh, jiwa, sukma, hati, sikap, perasaan, kesadaran diri, kebesaran hati, keberanian…” Arti umumnya untuk menyatakan sesuatu yang berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan (rohani, batin).
            Dalam antropologi budaya, kata spiritual dipakai untuk menyebut sesuatu yang berlawanan dengan material. Ada pula yang memberikan pengertian kata spiritual sebagai kegiatan dan kepercayaan yang dikaitkan dengan sesuatu yang berada diluat jangkauan manusia, yaitu bagian dunia yang tersembunyi yang merupakan sumber ilmu pengetahuan, kekuatan dan pengaruh-pengaruh lain yang sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Tissa Balasuriya mengatakan spiritualitas adalah suatu istilah yang digunakan dalam kitab-kitab agama tradisional untuk menunjuk pencarian bagi pemenuhan dan kesempurnaan.
Agama Islam memakai kata spiritualitas searti dengan kata keagamaan. Kata agama itu sendiri menurut pendidikan agama Islam adalah “kepercayaan kepada Tuhan yang dinyatakan dengan mengadakan hubungan dengan Dia melalui upacara, penyembahan dan permohonan, dan membentuk sikap hidup manusia menurut atau berdasarkan ajaran … Dalam Budhisme kata spiritual digunakan untuk menyebut praktik-praktik agamamawi yang membawa manusia kepada pelenyapan sengsara. Mengutip pernyataan Balasuriya, spiritualitas berarti “upaya pencarian bagi penyucian pribadi, untuk pertumbuhan dalam kebajikan dan pembebasan dari dosa, yang diilhami oleh keinginan untuk menyatu dengan Allah melalui perjuangan untuk hidup demi nilai-nilai transcendental tertentu”

SPIRITUALITAS KRISTEN
Spiritualitas Kristen adalah pengertian spiritualitas dipandang dari sudut pandang Kristen. Victor L. Tanya menyatakan bahwa spiritualitas Kristen adalah sikap hidup yang berbuahkan buah roh (Gal.5:22-23) dan ungkapan sikap hidup yang selalu berkarya untuk menghidupkan orang lain serta membawakan kebaikan bagi semua orang. Menurut Tissa Balasuriya, spiritualitas Kristen yaitu spiritual yang bukan saja memperdulikan pelayanan social tetapi juga yang memperjuangkan keadilan sosio-politik. Spiritulaitas bukan saja bersifat kultis tetapi juga profetis. Spiritual memiliki pemahaman kesucian pribadi sebagi respon atas nuraninya, kesucian itu sesuai dengan otoritaas Allah dan sebagai pencarian kerajaan Allah.
Dari pendapat diatas, spiritualitas Kristen bukan hanya suatu tatanan kehidupan rohani, tetapi transformasi kebenaran iman Kristen kedalam kehidupan bersama dalam masyarakat. Spiritualitas Kristen bersifat aplikasi iman yang membina dan mengembangkan pengetahuan iman Kristen dan menjadikan seseorang memilki karakter yang sesuai dengan kehendak Allah dalam firman-Nya untuk memuliakan Allah.
Spiritualitas Kristen adalah kerohanian yang dibangun dan dilaksanakan berdasarkan iman Kristen, dan dilakukan demi nama Tuhan dan untuk kemuliaan nama-Nya.
 


















KEPUSTAKAAN


[1] Muhamad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998),     
[2] F.X. Mudji Sutrisno, Budhisme Pengaruh dalam Abad Modern (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1993)
[3] Balasuriya, Teologi Siarah,
[4] Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1991)
[5] Tissa Balasuriya, Teologi Siarah (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997)
[6] Octavius Winslow, Christian’s Inner Life (Surabaya: Momentum Christian Literatur, 2000)
[7] Gerald R. McDermott, Mengenali 12 Tanda Kerohanian Sejati (Yogyakarta: Yayasan ANDI, 2001)
[8] J. Oswald Sanders, Akrab Dengan Allah (Jakarta: Metanoia, 2001)
[9] Jonathan Edwards, Pengalaman Rohani Sejati (Surabaya: Momentum Christian Literature, 2003)
[10] Simon Chan, Spiritual Theology – Bagian 1(Yogyakarta: Yayasan ANDI, 2002) 
[11] Paul Hidayat, dkk, Bertumbuh Dalam Roh (Cipanas: STT Cipanas, 1997)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar